Senin, 19 September 2011

-~- Arti Seorang Teman yang Baik -~-

Sewaktu kita duduk di taman kanak-kanak, kita berpikir kalau seorang teman yang baik adalah teman yang meminjamkan krayon warna merah ketika yang ada hanyalah krayon warna hitam.

Di sekolah dasar, kita lalu menemukan bahwa seorang teman yang baik adalah teman yang mau menemani kita ke toilet, menggandeng tangan kita sepanjang koridor menuju kelas, membagi makan siangnya dengan kita ketika kita lupa membawanya.

Di sekolah lanjutan pertama, kita punya ide kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi bersama ke pesta dan menemani kita makan siang.

Di SMA, kita merasa kalau seorang teman yang baik adalah teman yang mengajak kita
mengendarai mobil barunya, meyakinkan orang tua kita kalau kita boleh pulang malam sedikit, mau mendengar kisah sedih saat kita putus dari pacar,

Di masa berikutnya, kita melihat kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu ada terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita merasa aman melalui masa-masa seperti apapun, meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam ujian sidang sarjana kita.

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan, kita menemukan kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, merangkul kita ketika kita menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang hanya mau mengambil keuntungan dari kita, menegur ketika kita melalaikan sesuatu, mengingatkan ketika kita lupa, membantu meningkatkan percaya diri kita, menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik, dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya...

Senin, 12 September 2011

-~- Siri' na Pacce Part 1 -~-


Takunjunga’ bangung turu’, nakugunciri’ gulingku, kualleangnga tallanga natoalia.
(Layarku telah kukembangkan. Kemudiku telah kupasang. Kupilih tenggelam daripada melangkah surut)
- Syair Sinrilik Makassar -
Tidak ada yang lebih berharga dari sebuah kehormatan. Sejak manusia diturunkan ke bumi, maka berulangkali kita membaca bahwa penegakan kehormatan terkadang menjadi asbab munculnya banyak kronik-kronik yang berlintasan di lini masa sejarah manusia. Perang dan penguasaan adalah salah satu kancah yang distimulus oleh penegakan kehormatan ini.

Glory, Gospel dan Gold yang menjadi semboyan penaklukan bangsa eropa terhadap benua asia dan amerika juga dilandasi oleh semangat menancapkan kehormatan sebagai manusia yang unggul. Demikian juga bagaimana Hitler dan partai Nazi nya meluluh lantakkan Eropa dan sebagian Asia dan Afrika hanya demi didorong oleh prasangka keunggulan ras yang notabene juga adalah sebuah representasi penegakan kehormatan primordial. Hal yang sama juga dikenal dalam kultur Jepang: semangat bushido.

Demikian juga dalam budaya Bugis Makassar (juga Mandar, Toraja dan Luwu dan semua derivasi sub-kultur yang terdapat di dalamnya), kehormatan yang kemudian tertuang dalam system social bernama Siri' na Pacce juga mengemuka sebagai dasar pijakan perihidup manusia Bugis Makassar. 

Kehormatan diri menjadi filosofi dasar bagaimana manusia Bugis Makassar menjalani hidupnya.
Tanpa kehormatan, tanpa siri na pesse ini, mereka menganggap tak layak hidup sebagai manusia. Hidup tanpa kehormatan bak hidup laiknya binatang, bahkan mereka berprinsip bahwa lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup dengan kehormatan tercabik-cabik. Siri’mi Narituo, narekko degage siri’na sirupaini olok-koloe (karena malu kita hidup, kalau tak ada malu maka tak ada beda dengan binatang).

Zainal Abidin Farid (1983 :2) membagi siri, dalam dua jenis:

Pertama adalah Siri’ Nipakasiri’, yang terjadi bilamana seseorang dihina atau diperlakukan di luar batas kemanusiaan. Maka ia (atau keluarganya bila ia sendiri tidak mampu) harus menegakkan Siri’nya untuk mengembalikan Dignity yang telah dirampas sebelumnya. Jika tidak ia akan disebut mate siri (mati harkat dan martabatnya sebagai manusia).
 
Yang kedua adalah : Siri’ Masiri’, yaitu pandangan hidup yang bermaksud untuk mempertahankan, meningkatkan atau mencapai suatu prestasi yang dilakukan dengan sekuat tenaga dan segala jerih payah demi Siri’ itu sendiri, demi Siri’ keluarga dan kelompok. Ada ungkapan bugis “Narekko sompe’ko, aja’ muancaji ana’guru, ancaji Punggawako” (Kalau kamu pergi merantau janganlah menjadi anak buah, tapi berjuanglah untuk menjadi pemimpin).


-- Nama Makassar di Empat Negara --

sumber posting blog: www.daengrusle.net
 
(foto: pelabuhan Makassar abad 17)

Makassar, selain dikenal sebagai ibukota propinsi Sulawesi Selatan, rupanya juga merupakan nama kota/tempat di empat daerah lain. Hampir semuanya punya kaitan historis yang erat dengan kota Makassar, di Sulawesi Selatan.
Berikut ini empat tempat yang bernama Makassar.

1. Kampung Makassar di Jakarta Timur
Kawasan yang dahulu termasuk Kampung Makasar dewasa ini meliputi wilayah kelurahan Makasar dan sebagian dari wilayah Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur.
Disebut sebagai Kampung Makasar, karena sejak tahun 1686 dijadikan tempat pemukiman orang – orang Makasar di bawah pimpinan Kapten Daeng Matara. Mereka adalah para tawanan perang yang dibawa ke Batavia setelah takluknya Kerajaan Gowa, dibawah Sultan Hasanuddin tunduk kepada Kompeni VOC selepas Perang Makassar di abad-17. Perjanjian Bungaya yang mengakhiri Perang Makassar menyebutkan bahwa Gowa harus mengirimkan 1000 budak pria dan wanita ke Batavia sebagai tanda ketundukan.
Salah seorang putri Daeng Matara menjadi istri Pangeran Purbaya dari Banten yang memiliki beberapa rumah dan ternak di Condet, yang terletak disebelah barat  Kampung Makasar.
Pada awalnya mereka di Batavia diperlukan sebagai budak, kemudian mengingat krisis pasukan di kalangan serdadu VOC, orang-orang Makassar yang dikenal sebagai petarung ini dijadikan pasukan bantuan dan dilibatkan dalam berbagai peperangan yang melibatkan kompeni VOC di berbagai kawasan Nusantara. Diantaranya sempat ikut diterjunkan melawan perang Diponegoro (1725-1730), dll.
Pada tahun 1673 orang-orang Makassar ini ditempatkan di sebelah utara Amanusgracht, yang kemudian dikenal dengan sebutan Kampung Baru. Mungkin merasa bukan bidangnya, tanah di Kampung Makasar yang itu tidak digarap sendiri melainkan disewakan kepada pihak ketiga, akhirnya jatuh ketangan Frederik Willem Preyer, salah seorang tuan tanah Batavia kala itu. Pada tahun 1810 pasukan orang Makasar oleh Daendels secara administratif digabungkan dengan pasukan Bugis.
Makassar juga merupakan nama kelurahan di kecamatan Ternate Tengah, propinsi Maluku Utara.
 
(foto: gadis Makassar berbaju Bodo transparan)

2. Kota Makassar di Cape Town Afrika Selatan
Makassar adalah kota kecil di Afrika Selatan, berdekat dengan Strand dan Somerset Barat, dengan perkiraan populasi 38.136 jiwa. Sejarah kota kecil ini terkait erat dengan sosok sufi pejuang asal Gowa, Syekh Yusuf Tuanta Salamaka, yang makamnya ditemukan di sana.
Tuanta Salamaka Syekh Yusuf Tajul Khalwati lahir di Makassar thn 1626 dan wafat di Macassar, Cape Town thn 1699. Beliau adalah pahlawan nasional asal Makassar, Indonesia yang berjuang bersama Sultan Ageng Tirtayasa melawan kompeni VOC Belanda di Banten, kemudian ditangkap dan diasingkan ke Srilanka (Ceylon) dan Afrika Selatan.
Makam Syekh Yusuf Tuanta Salamaka, merupakan salah satu tempat suci yg sering menjadi tempat ziarah oleh penduduk Muslim Afrika Selatan. Syekh Yusuf, yang diasingkan oleh Belanda ke Afsel tahun 1694, pertama kali mendarat beserta pengikutnya di pantai itu dan menamakan nya Makassar.
Makassar Afsel ini adalah kawasan berpenduduk kulit berwarna yang penghasilannya dari nelayan dan membuat perahu. Mata pencaharian ini sepertinya diturunkan oleh Syekh Yusuf dan pengikutnya kala diasingkan di sana.
 
(peta Macassar di Cape Town, Afsel)

3. Desa Makassar di Mozambik
Makassar adalah sebuah desa di Ancuabe Kecamatan di Propinsi Cabo Delgado di kawasan timur laut Negara Mozambik. Desa ini terletak timur laut ibukota distrik Ancuabe. Belum ditemukan keterkaitan historis antara Makassar di Gowa dan Makassar di Mozambik ini.
Namun melihat kedekatan geografis antara Afrika Selatan dengan Mozambik, maka mungkin bisa dikaitkan bahwa Syekh Yusuf Tuanta Salamaka al-Makassari pernah menitip jejak hidup di sini. Dakwah Islam beliau, sekaligus usaha nya untuk mengangkat derajat kaum budak di negeri itu sepertinya menjangkau hingga ke negara di ujung selatan benua Afrika ini.

4. Pante Makassar di Timor Leste
Pante Makasar (juga dikenal dengan nama Pante Macassar) adalah sebuah kota di pantai utara Timor Leste, 281 km di sebelah barat Dili, ibu kota negara itu. Penduduknya 4.730 orang (tahun 2006). Kota ini adalah ibu kota eksklave Oecussi-Ambeno.
Nama “Pante Makasar,” menunjuk kepada perdagangan di masa lampau yang terjadi dengan Makassar di Sulawesi. Di kalangan masyarakat setempat, Pante Makasar juga dikenal sebagai “Oecussi,” yang secara harfiah berarti “meriam air”. Nama ini dulunya adalah nama salah satu dari dua kerajaan. Yang lainnya adalah Ambeno. Pada masa kolonial Portugis, kota ini juga dikenal dengan nama Vila Taveiro.
Lifau, di pinggiran kota yang sekarang, dulunya adalah tempat orang-orang Portugis pertama kali mendarat di Timor dan merupakan ibu kota pertama Timor Portugis. Kota ini tetap menjadi ibu kota hingga 1767, dan setelah itu dipindahkan ke Dili karena terus-menerus mendapat serangan Belanda.
Karena jaraknya jauh dari daerah-daerah lain di Timor Leste, Oecussi-Ambeno, dan khususnya Pante Makasar, menjadi wilayah pertama yang diduduki oleh Indonesia pada 29 November 1975.
Catatan Akhir:
Keseluruhan bahan tulisan ini termasuk fotonya diambil dari Wikipedia.